Orang yang Tak Tahu Berterima Kasih pada Sesama adalah Orang yang Tidak Bersyukur

Posted on

Siapapun atau seseorang dimana dia itu tidak tahu terima kasih kepada manusia yang telah berbuat baik padanya, maka ia disebut sebagai orang yang tidak bersyukur kepada Allah Swt.
Sabda Rasulullah Saw.:
“Tidak dikatakan bersyukur pada Allah bagi siapa yang tidak tahu berterima kasih kepada sesama manusia.” (HR. Abu Daud & Tirmidzi).
“Barang siapa tidak berterima kasih kepada manusia, dia tidak berterima kasih kepada Allah.” (HR. Ahmad).
Berdasarkan hadits diatas dapat disimpulkan bahwa kita diperintahkan untuk pandai bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan melalui pelantara manusia (sesama) dengan cara berterima kasih kepada manusia yang telah berbuat baik.
Namun, yang perlu digarisbawahi.. pada dasarnya.. kita wajib berterimakasih atau bersyukur pada Allah Swt. karena manusia itu sebenarnya fakir miskin bahkan yatim piatu, tidak ada yang dia punya karena apa yang dipunya manusia adalah milik Allah Swt. dan semua akan kembali padaNya.

Pemberi nikmat/rezeki yang hakiki hanyalah Allah Swt., sedangkan manusia adalah pelantaraNya. Oleh karena itu, tentu saja segala kebaikan dan/atau rezeki apapun yang didapat, sudah pasti ada wasilah/pelantaranya tidak datang dan turun langsung dari langit begitu saja, salah satunya adalah melalui pelantara sesama manusia. Karena manusia itu adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, saling membutuhkan dan saling melengkapi satu sama lainnya.

Kita berterima kasih pada sesama manusia yang telah berbuat baik pada kita, ini semata-mata adalah bagian dari etika/tatakrama dalam bermasyarakat menurut ajaran islam.

Oleh karena itu, marilah kita belajar menjadi manusia yang pandai bersyukur dengan berterima kasih pada orang yang telah berbuat baik (tentunya dengan cara berbeda yang sesuai dengan kemampuan, situasi dan kondisi individu masing-masing; dengan lisan, hati maupun perbuatan), terutama berterima kasih kepada orang tua, guru dan siapa saja yang telah memberikan berbagai kebaikan pada kita semua. Walau mereka (yang telah berbuat baik itu) tidak mengharap ucapan terima kasih, tidak meminta balas jasa dan balas budi, hanya niat karena allah semata, namun setidaknya kita tetap menghargai dan menghormati mereka yang telah bebuat baik, minimal dengan menjaga sikap dan omongan kita agar tidak menyakiti dan menyinggung mereka apalagi sampai menjelek-jelekan mereka atau sejenisnya. Mudah-mudahan orang yang telah berbuat baik itu, ikut juga mendoakan kita karena salah satu doa mustajab/mujarab/terkabul itu adalah doa orang yang dizalimi/disakiti, doa orang soleh dan doa orang yang mendoakan kita secara diam-diam.

Sabda Rasulullah Saw.:

“Berhati-hatilah terhadap doa orang yang terzalimi, karena tidak ada suatu penghalang pun antara doa tersebut dan Allah” (HR Bukhari).

“Sesungguhnya doa seorang muslim kepada saudaranya di saat saudaranya tidak mengetahuinya adalah doa yang mustajab (terkabulkan)…….” (HR. Muslim)

Allah Swt. akan menambahkan nikmat-Nya pada orang yang pandai bersyukur dan akan memberikan balasannya juga bagi orang yang tidak pandai bersyukur.
Firman Allah Swt. :
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim: 7).
Seorang tokoh sufi, Dzun-Nun Al-Mishri berkata: “Taat adalah syukur kepada orang yang lebih tinggi darimu, balas budi adalah syukur kepada orang yang setara denganmu dan berbuat baik atau membantu adalah syukur kepada orang yang lebih rendah darimu”.

Mungkin tidak sedikit di antara kita yang menganggap remeh tentang bersyukur dan berterima kasih. Padahal ilmuwan telah meneliti peran sikap bersyukur atau berterima kasih, dan terbukti secara ilmiah, selain menyehatkan jiwa dan raga, jasmani dan ruhani, juga mendorong terjalin dan terbinanya persahabatan antar manusia dan kehidupan bermasyarakat yang lebih baik, dibandingkan dengan mereka yang tidak pandai bersyukur dan berterima kasih, yang suka berkeluh kesah dan menggerutu setiap hari.

Ilmuwan yang telah meneliti tentang peran sikap bersyukur atau berterima kasih tersebut, salah satunya adalah, Profesor Robert Emmons, Pakar Psikologi asal University of California, Davis, AS, sekaligus pakar terkemuka di bidang penelitian “gratitude research” atau “penelitian tentang sikap bersyukur”.

Tidak heran jika “gratitude research” menjadi salah satu bidang yang banyak diteliti ilmuwan di abad ke-21 ini.

Profesor Emmons menuangkan hasil-hasil temuan/penelitian ilmiahnya itu dalam buku nya yang berjudul “Thanks! How the New Science of Gratitude Can Make You Happier” (Terima kasih! Bagaimana Ilmu Baru tentang Bersyukur Dapat Menjadikan Anda Lebih Bahagia). Buku ini memaparkan pula 10 kiat untuk menanamkan rasa syukur demi mendapatkan nikmat karunia yang bermanfaat dalam kehidupan.

Temuan ilmiah tentang syukur ini mengukuhkan risalah ilahiah bahwa syukur adalah akhlak mulia yang mesti ada dalam diri manusia. Sebab, syukur memicu bertambahnya nikmat dan ketentraman hidup seseorang.

Disinilah perlunya keseimbangan hidup, antara jasmani dan rohani, antara dunia dan akhirat. Menjaga keseimbangan Hablumminallah (hubungan vertikal dengan Allah) dan Hablumminannas (hubungan horizontal sesama manusia). Karena Hablumminallah dan Hablumminannas adalah bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *