Sabar dan Ikhlas di Atas Ghibah dan Fitnah Yang Kita Terima menjadi salah satu yang paling sulit dilakukan oleh setiap orang. Dalam sebuah postingan sanggahan nya yang di unggah di IG milik seorang ustadz memberi kita banyak nasehat bahwa sebenarnya kita memang perlu belajar pada orang-orang yang punya kerendahan hati dan kesabaran diri seperti beliau ini.

Terkadang kita seringkali merasa karena “sudah benar dan memang benar”, lantas kita jadi kalap, emosi, marah atau apalah bahasa kiasan lainnya kepada orang yang telah menjelek-jelekkan kita baik di dunia online macam media sosial maupun di dunia nyata.
kita bisa mengambil pelajaran yang cukup berarti melalui salah satu Kiai yang banyak menelurkan para penghafal Al-Qur’an ini, tulisan beliau benar-benar bisa dijadikan inspirasi buat kita semua agar lebih sabar, lebih kalem saat orang lain meng-ghibah atau mem-fitnah kita.
Berikut tulisan nya yang disadur dari Instagram beliau:
“Gini…
Pastikan segala langkah, bukan krn nama kita. Tp Nama Allah. Allah yang kita bela. Kalo nama yg kita bela, perjuangan ga akan berarti.
Pastikan, tanpa kemarahan, kejengkelan, kekeselan, kesebelan, pribadi. Hrs jg krn Allah. .
Nah, saya blm bisa. Krn itu, saya banyak diam. Diam dlm urusan disangkakan. Sbb saya ga pengen bela diri. Pengennya bela Allah. .
Ujian itu bukan hanya di perilaku orang saja, thd kita. Tp ujian itu jg adalah gmn sikap dan reaksi kita? Saat melihat, mendengar, menyaksikan, mendapatkan kelakuan orang. Dan pasca atau setelahnya.
Sepanjang yg diserang adalah nama sendiri, dan nama sendiri bnr2 ga ada kemuliannya, ya saya pikir, ga ada kewajiban sama sekali harus dibela. Malah dg cara itu, itulah dibersihkan. Allah pake mulut dan tangannya orang2 u/ membersihkan. Lwt fitnah dan ghibah.
Fitnah adalah sesuatu yg ga benar, tp disangkakan. Apalagi sampe nyebar. Dan ngajak2 orang u/ berpikir dg kerangka pikiran yg dibentuk berdasarkan fitnah.
Ghibah, adalah sesuatu yg bisa jadi yg diomongkan dan ditulis, sesuatu yg benar. Ttg kejelekan dan keburukan yg dibuat oleh orang lain. Tp jg disebar sbg sebuah kejelekan dari upaya menjelekkan, menghinakan, menikmati ketidakbenaran orang lain, kesalahan orang lain, keburukan orang lain.
Dua2nya hanya memperberat pelakunya. Ke yg difitnah dan dighibah, malah diuntungkan. Apalagi sampe menasional. Itu namanya pembersihannya nasional jg. Dan yg ngangkat derajatnya, juga nasional. Keren. Banget malahan. Sedang sumber dosa awal.
Jangan ikut2an memfitnah. Jangan ikut2an mengghibah. Apalagi jadi mata rantai lanjutan kepada yg lain. Sayang amal. Ilang. Hrs diserahkan. Hrs pindah. Kepada yg difitnah dan dighibah. Dan dosanya, nambah, dg tambahan berupa dosa yg diomongin dan ditulis. Impact ke hidup dan kehidupan, ga ada berkah2nya. Asli rugi.
Sebaik2nya jika melihat keburukan dan kesalahan orang lain? Tutup. Nasihati. Dan doakan. Jika kwn2 bersembunyi di balik: menegakkan kebenaran? Benarkah? Ga pake nafsu? Tanya diri. Tanya hati. Pasti tau. Apalagi kalo sampe menikmati. Met maghriban buat Jkt dan sekitarnya.
Silahkan buat yg mau melangkah.”
Semoga kita bisa mengambil banyak manfaat dari sanggahan beliau dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang selalu ber-Syukur kepadaNya, orang-orang yang selalu ber-Dzikir kepadaNya dan orang-orang yang selalu ber-Sabar di atas semua ghibah dan fitnahan.